Situs Asuhan Keperawatan di Internet : SEBUAH KESALAHAN BESAR !!! (bag 2)
Jadi, yang ingin ditegaskan disini adalah apapun penyakitnya, apabila pasien mempunyai respon tubuh yang sama, maka diagnosanya akan sama. Seperti contoh pada kasus gagal jantung pasien dapat ditemukan mengalami sesak, gagal ginjal-sesak, TBC-sesak, Asma-sesak, AIDS-sesak, SLE-sesak, Cedera Kepala-sesak, Pneumonia-sesak, Stroke-sesak, COPD-sesak, Kehamilan-sesak, marah-sesak dsb. Banyak penyakit yang menimbulkan akibat yang sama yaitu sesak.
Dan sebaliknya, belum tentu dalam satu penyakit diagnose bisa sama. Khusus untuk pasien sadar, kita dapat menemukan diagnosa psikologis, sosiologis dan spiritual selain biologi/fisiologis tentunya. Contohnya, tidak semua pasien demam berdarah merasa lelah. Tidak semua pasien gagal jantung merasa sesak, tidak semua pasien fraktur merasa nyeri (maksudnya mungkin merasa nyeri, tetapi ada situasi dimana rasa nyeri telah teratasi sehingga tidak diangkat menjadi diagnosa).
Itu baru yang respon biologi/fisiologis, apalagi jika kita ingin mencari repon pasien/diagnosa yang termasuk psikososio dan spiritual. Hal itu sangat kondisional sekali. Untuk tahu pasien cemas, takut, khawatir, bingung, bosan dsb, kita harus langsung bertanya ke pasien. Belum lagi masalah yang dihadapi pada waktu pengkajian mengenai kekaburan data, pasien yang tidak kooperatif, hambatan komunikasi dsb. Terutama pada saat mengkaji spiritual pasien, itu merupakan ranah yang sangat sensitif.
Kembali ke pokok persoalan
Di banyak postingan tentang asuhan keperawatan, siapapun yang memposting, di situs apapun, pada umumnya, dimulai dengan judul asuhan keperawatan pada pasien……(Dx Medis) dan seterusnya. Isi dari postingan tersebut dimulai dengan penjelasan landasan teori penyakitnya yang kemudian dilanjutkan dengan diagnosa yang muncul. Sekilas, tidak masalah. Akan tetapi justru hal itu sangat berbahaya, Kenapa?? Mari kita bahas satu-satu.
1. Pada bagian teorinya sebetulnya tidak masalah, yang menjadi masalah terbesar adalah, kita sudah terlebih dahulu membuat diagnosa, menjudge pasien mempunyai masalah, padahal belum tentu. Di dalam ratusan postingan tentang asuhan keperawatan di internet, tidak pernah (atau jarang sekali) menyertakan laporan/gambaran kasus pasien. Sehingga kita tidak bisa menilai (atau membayangkan) bagaimana kondisi pasien sesungguhnya. contoh: Pada kenyataannya kondisi pasien DHF hari pertama, ketiga dan kelima sungguh berbeda. Kondisi pasien yang sama penyakitnya, beda agama, beda suku, beda pengetahuan mungkin responnya berbeda. Kita sebagai perawat di ajarkan untuk menilai respon pasien. Diagnosa keperawatan adalah respon abnormal pasien terhadap penyakitnya. Oleh karena itu agak kurang bijak (kalau tidak mau disebut salah besar) apabila kita menentukan respon pasien (bahasa lainnya diagnosa) tanpa mengkaji pasiennya (atau minimal membayangkan dengan membaca deskripsi kasusnya),
2. Berbeda dengan diagnosa biologis yang dapat diprediksi sesuai dengan karakteristik penyakitnya, diagnosa dalam ranah psikososio dan spiritual merupakan diagnosa yang sangat individual. Sangat pribadi. Terutama spiritual. Sehingga kita tidak dapat menegakkan diagnosa tanpa melakukan pengkajian langsung pada pasien. Perlu kita ingat, dalam batasan karakteristik sebuah diagnosa, respon juga kita kaji bukan hanya verbal, tapi juga non verbal. Pasien dapat mengatakan bosan, tapi apakah non verbalnya “mengatakan” bosan??
3. Khusus untuk pengkajian spiritual, hal ini merupakan hal yang sangat sensitif. Sangat sulit mengkaji kebutuhan spiritual pasien, tanpa membina trust yang begitu dalam. Tidak semua orang dapat menerima ketika di tanya apakah anda sudah shalat atau belum?, kenapa anda tidak shalat. Sejauh mana pengetahuan anda tentang wudhu? Dan itu sama sekali tidak pernah dibahas dalam contoh asuhan keperawatan.
Bersambung ke bag. 3 (akhir)
0 komentar:
Posting Komentar