Melakukan pemeriksan GCS dengan baik
Ketika sedang merawat pasien dengan penurunan kesadaran, pemeriksaan GCS merupakan satu hal yang wajib dikuasai oleh perawat dan dokter. Disebut GCS (Glasgow Coma Scale) karena pemeriksaan ini ditemukan berdasarkan penelitian oleh 2 orang profesor ahli syaraf, Brian Jennet dan Graham Teasdale dari Universitas Glasgow. Biasanya pemeriksaan ini digunakan pada pasien yang cedera kepala/head injury.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata, bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (respon motorik) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Yang paling penting, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pada waktu kita melakukannya ke pasien, yaitu :
a. Pemeriksaannya dilakukan secara bersamaan
Pada prakteknya, tindakan mengobservasi EMV dapat dilakukan dalam satu waktu. Jadi tidak selalu harus satu persatu. cth : Eye dulu baru Motorik. Dan akan lebih efektif apabila kita melakukannya secara langsung. Seperti contoh pada kasus Severe HI. pada waktu kita memberikan rangsangan nyeri, kita dapat langsung memeriksa ketiga-tiganya (EMV).
b. Teknik bertanya yang tepat
Pertanyaan harus jelas dan keras.(Khusus pasien Composmentis dan Somnolent). Jangan ragu untuk mengeluarkan suara keras dalam bertanya kepada pasien. Apalagi kalau pasien sudah terlihat tanda-tanda penurunan kesadaran.
c. Teknik memberikan rangsangan rangsangan nyeri yang tepat
Sesuai dengan judulnya, tujuan tindakan ini adalah memberikan rangsangan nyeri atau sakit. Ada beberapa teknik dalam memberikan rangsang nyeri yaitu :
- Menekan dengan keras Prosesus Xipoideus/ulu hati dengan ibu jari. Harus keras
- Menekan ujung kuku tangan dengan pulpen/atau dengan jepitan jari.
- Menekan bagian tulang kelopak mata (apa ya nama anatominya he......3x)
- Mencubit/memilin puting susu dengan keras.
Mengapa teknik cubitan (misalnya di lengan) tidak dipakai dalam memberi rangsang nyeri?
Tidak ada literatur yang jelas membahas alasan perawat tidak menggunakan teknik cubitan. Tapi secara rasional mungkin...ya mungkin alasannya adalah pertama agar nyerinya tidak menetap seperti dicubit dan yang kedua tidak meninggalkan bekas atau jejas.
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh mahasiswa dan perawat pemula adalah mereka tidak memberikan rangsang nyeri tidak benar. sehingga respon yang keluar tidak sesuai. Dan ingat....jangan memberikan rangsangan nyeri dengan cara cubit-cubitan dengan pasien.
0 komentar:
Posting Komentar