Tentang Situs Ini

Situs ini berisi pelajaran sederhana mengenai konsep keperawatan. Disarikan dari perpaduan teori dan praktek berdasarkan pengalaman penulis sendiri dan sesama rekan perawat sewaktu bekerja di Rumah Sakit dan bekerja sebagai Staff Pengajar di sebuah Sekolah Keperawatan. Tag line yang utama adalah PERAWAT TIDAK HANYA BERTEORI.....Mari bangga dan bersama memajukan perawat Indonesia.

Whats Up ^_^

Silahkan kunjungi secara berkala. Karena tiap hari akan ada update an.

NANDA : Acute Pain/Nyeri Akut

Nyeri Akut (1996)

Definisi :
Perasaan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. atau gambaran adanya kerusakan. Hal ini dapat timbul secara tiba-tiba atau lambat, intensitasnya dari ringan atau berat. Dengan prediksi waktu kesembuhan kira-kira kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :
a. Laporan verbal dan nonverbal
b. Laporan pengamatan
c. Posisi pasien berhati-hati untuk menghindari nyeri
d. Gerakan melindungi diri
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Muka topeng
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lelah, pergerakan yang sulit atau kacau, menyeringai)
h. Fokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi tentang waktu, kerusakan proses fikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
j. Aktivitas distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain dan atau aktivitas, aktivitas yang berulang-ulang)
k. Respon otonomi (diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil).
l. Perubahan respon otonomi pada tonus otot (tampak dari lemah ke kaku)
m. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang, berkeluh kesah)
n. Perubahan nafsu makan minum

Faktor yang berhubungan
a. Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Berhubungan dengan diagnosa klinik :
a. Beberapa tindakan bedah
b. Beberapa kondisi yang bersifat kronis seperti contohnya rheumatoid arthritis
c. Kecelakaan
d. Infeksi
e. Kecemasan atau stress
f. Kelelahan

Hati- hati salah memilih diagnose :
Pada dasarnya, menegakkan diagnosa nyeri tidak begitu sulit. Karena, diagnosa ini begitu spesifik, respon pasien jelas dan dapat nyata terlihat pada pasien. Diagnosa nyeri seringkali diangkat bersamaan dengan diagnosa lainnya dan mungkin saja nyeri merupakan fator pendukung dari diagnosa lainnya itu. Contohnya : Pasien dengan diagnosa nyeri, mungkin akan merasa lelah dalam mengatasi nyerinya. Dengan demikian, diagnosa kelelahan juga dapat ditegakkan. Contoh lainnya adalah, pasien dengan nyeri, mungkin berusaha mengatasi nyerinya dengan meminum alcohol atau obat-obatan terlarang, sehingga kita menegakkan satu lagi diagnose keperawatan yaitu koping individu tidak efektif.

Latar Belakang Teori
(Lihat di diagnosa nyeri kronis/Chronic Pain)

Read More......

Mendapatkan Jurnal Ilmiah Secara Gratis


He…3x, tanpa bermaksud merendahkan yang punya nama, ternyata menurut hasil dari sebuah survey, rata-rata pada mahasiswa keperawatan S1 yang kuliah di Jawa Barat pernah menderita sindrom ini. Sindrom yang sebetulnya tidak tahu dari mana asalnya. Jadi ingat, ada seorang teman S2 keperawatan, ketika baca jurnal keperawatan sebuah universitas negeri tiba-tiba tertawa. Ternyata, alasan dia tertawa, karena menemukan kata nama Arikunto atau Notoadmodjo lagi di daftar pustakanya.

Mungkin ada yang bertanya, apakah yang dimaksud dengan sindrom AN ?. Well jawabannya......Sebetulnya itu sebuah kiasan, di mana hampir setiap penelitian yang dilakukan seorang mahasiswa S1 dalam menyelesaikan studinya pasti merujuk pada dua buah buku karangan dua orang professor ini.

Entah apa alasan yang menyebabkan dua orang professor non keperawatan ini begitu terkenal di kalangan mahasiswa keperawatan. Yang jelas, mungkin, sekali lagi mungkin karena teorinya baik kesehatan maupun statistik “sangat terpakai” oleh mahasiwa. Alasannya, tergantung sudut pandang. Sudut pandang baik, yah itu kan grand theorinya. Statistiknya jelas lho. Klo sudut pandang yang lain, yah karena gampang tinggal kopi paste dari kakak kelas, atau bingung ga ada teori lain buat penelitian. Atau lebih ekstrim lagi, lha wong dosennya juga rujukannya AN itu juga he…..3x.

Sekedar intermezzo, sebetulnya yang akan kita bahas sekarang, tidak ada hubungannya langsung dengan konsep di atas. Kita di sini akan membahas bagaimana mendapatkan sebuah jurnal akademik gratis. Sekali lagi Jurnal Keperawatan Gratis…...

Mengapa jurnal ?
Kata jurnal, di kalangan akademisi merupakan sebutan untuk publikasi tulisan-tulisan ilmiah yang biasanya didasarkan kepada penelitian atau riset. Sifatnya serius dan bernilai tinggi karena pada dasarnya jurnal tersebut, ditulis berdasarkan oleh sebuah kajian ilmiah. Bukan sembarang artikel saja yang dapat dikategorikan menjadi sebuah jurnal. Dari sebuah jurnal yang relevan, kita bisa melihat perkembangan sebuah ilmu, yang salah satunya adalah keperawatan. Buku-buku terkenal di dunia “Yang menjadi rujukan ilmiah resmi” seperti Physiology Guyton, Medical Surgical Nursing Brunner & Suddarth, dan bahkan Nursing Diagnosis NANDA sekalipun dikembangkan dengan penelitian, ditulis dan kemudian diupdate secara berkala melalui publikasi sebuah jurnal yang mencerminkan keilmiahannya.

Secara objektif dapat kita lihat betapa bagus dan bermutunya penelitian para akademisi luar negeri, karena sumber rujukan yang menjadi acuan kepustakaan mereka, tidak hanya buku-buku akan tetapi juga jurnal-jurnal internasional terkini. Dalam sebuah jurnal/penelitian luar negeri, biasanya ada 30-50 jurnal selain buku-buku teks (textbook) yang dicantumkan di dalam daftar pustakanya.

Tapi, masalah yang muncul kemudian adalah, untuk medapatkan jurnal yang benar-benar bermutu itu ternyata tidak murah alias MAHAL. Relatif memang, tapi untuk ukuran pendapatan orang Indonesia, harga 20 dollar per jurnal itu termasuk agak mahal. Sedangkan dalam melakukan satu penelitian, minimal 10-20 jurnal yang harus kita baca dan jadi acuan kita. Beruntung, kita punya internet. Sehingga dengan beberapa trik tertentu, minimal kita bisa mendapatkannya (walaupun jumlahnya tidak banyak) secara GRATIS he…3x

Bagaimana caranya :
1. Minta ke teman yang sedang kuliah di universitas negeri atau yang di luar negeri
Biasanya, banyak universitas negeri yang besar di Indonesia berlangganan jurnal luar negeri berbayar, seperti Proquest, Science direct, Blackwell dsb. Kesempatan untuk mengakses atau password biasanya diberikan kepada para dosen dan mahasiswa pasca sarjana. Jadi apabila anda mempunyai teman dosen universitas negri atau teman yang sedang mengambil pasca sarjana, mungkin anda bisa nebeng untuk mendapatkan passcard/password nya

2. Cari publikasi gratis yang sering dilakukan oleh universitas besar luar negeri mealui perpustakaan digitalnya.
Sebagai wujud promosidan pengabdian kepada masyarakat, banyak universitas besar di dunia yang mempublish tesis dan disertasi mahasiswanya dalam bentuk perpustakaan digital. Tapi kekurangannya, biasanya yang dipublish sudah berumur lebih dari 5 tahun. Kelebihannya, kita bisa belajar menulis secara ilmiah dengan bahasa inggris dengan cara mengkaji dan mempelajari hasil penelitian dari luar negeri dalam bentuk baku, karena biasanya tesis atau disertasi yang dipublish isinya sudah disaring dan lengkap. Bahkan sampai dengan instrument penelitiannya.

3. Cari di internet, Googling dengan trik
Untuk mencari sesuatu yang spesifik di internet, kita bisa memanfaat kan situs pencari seperti google dengan beberapa trik tertentu. Pada umumnya, jurnal atau Tulisan ilmiah dari luar negri di publish dalam bentuk file dengan ekstensi Pdf.

Bagaimana cara mencari melalui google???
a. Buka situs pencari google.
b. Ketikkan di kolom pencari google apa yang anda cari ditambahkan dengan kata filetype:pdf (antara filetype, : dan pdf tidak diberi spasi) contoh :

nursing journal filetype:pdf
spiritual nursing journal filetype;pdf

c. Nanti akan keluar link link ke jurnal yang berekstensi pdf 
d. Tinggal langsung di unduh satu persatu. (usahakan sebanyak-banyaknya, karena nanti akan kita pilih satu-persatu).

Kelemahan dari cara terakhir ini adalah, kita secara acak mendapatkan jurnal. Mungkin dari sepuluh jurnal yang kita unduh, hanya ada satu atau dua yang memenuhi kriteria. Tapi tak jarang juga, jurnal-jurnal bagus contohnya keluaran Elsevier bisa didapatkan dengan cara ini.

Selain itu, kata pdf bisa diganti dengan kata doc untuk medapatkan file yang dapat dibuka dengan Microsoft word, ppt – powerpoint, xls-excel, lit-microsoft reader dsb. Jadi misalnya anda sedang butuh bahan kuliah tentang “mata” dalam bentuk powerpoint, anda bisa mengetik

Eye filetype:ppt 
Eye physiology filetype:ppt

Lumayan, cukup bermanfaat bagi mahasiswa atau dosen yang ingin presentasi tapi malas atau belum buat slide presentasinya he…3x. Tinggal diedit sedikit saja ^_^

Selamat mencoba, semoga bermanfaat. 


Read More......

PSIKOFARMAKOLOGI : Obat-obatan untuk Pasien Jiwa

Apakah anda pernah merawat pasien kambuhan, di mana ketika anda akan melakukan terapi aktifitas kelompok atau melakukan pendidikan kesehatan, anda malah ditertawakan pasien dan malah anda yang balik diajari dan digurui oleh pasien ? ^_^ Rata-rata perawat jiwa pernah. 

Hal itu sering terjadi karena, pasien kambuhan (terutama schizophrenia) sudah-berkali-kali diberikan pendidikan kesehatan dan terapi komunikasi oleh perawat, yang sesungguhnya ironisnya,untuk beberapa kondisi tertentu, menurut sejumlah penelitian, konsep tersebut diyakini justru oleh perawat sendiri sebagai konsep yang “belum tentu memberikan prognosa yang baik”. 

Ketika sedang merawat pasien jiwa, terkadang perawat terjebak dalam konsep yang mungkin bisa kita namakan dengan fenomena Full Komunikasi Terapeutik. Fenomena di mana perawat
 
“hanya berkomunikasi….berbicara……dan melakukan pendekatan…..dan terus berharap pasiennya akan membaik tanpa tahu bagaimana sebenarnya kemungkinan pasien dapat sembuh."

Fenomena yang unik mungkin, yaitu karena dalam pengajarannya, perawat tidak banyak diperkenalkan dengan konsep psikopatologi (perubahan apa yang terjadi di dalam tubuh pasien yang sakit jiwa). Kita diajarkan beribu-ribu cara pendekatan kepada pasien jiwa, tetapi tidak diperdalam mengenai konsep patologi dan obat-obatannya. Mungkin salah satunya karena “Fenomena Obat” bukan termasuk wewenang keperawatan. Padahal, sebagai orang yang “terus menerus” berinteraksi dengan pasien, walaupun bukan kewenangannya, seharusnya, konsep psikopatologi dan psikofarmakologi merupakan hal yang utama diajarkan dan dikuasai oleh para perawat. Mungkin alasannya karena ada kondisi tertentu, di mana pasien memang “harus ditangani dengan obat”

PENGERTIAN
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik 
3. Terapi modalitas 

KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi
2. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka
3. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain
4. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental
5. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter

KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah dan kecepatan zat yang memasuki otak
2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi sistem saraf
3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin
4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan obat penghambat acetilkolin

Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:
1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson
2. Anti depresi
3. Anti maniak
4. Anti cemas (anti ansietas)
5. Anti insomnia
6. Anti obsesif-kompulsif
7. Anti panik

YANG PALING SERING DIGUNAKAN OLEH KLIEN JIWA 

A. Anti Psikotik
Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika.
Mekanisme kerja: menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (di ganglia dan substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.
Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.
Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan paranoid

EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK

a. Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)
1). Parkinsonisme
Efek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala parkonsonisme:
Tremor: paling jelas pada saat istirahat
Bradikinesia: muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalan
Rigiditas: gangguan tonus otot (kaku) 
2). Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama
Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol
3). Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk.
Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal).
4). Tardive dyskinesia
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.

b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect 
Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti kolinergik adalah:
• Mulut kering
• Konstipasi
• Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris) menyebabkan presbiopia
• Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik
• Kongesti/sumbatan nasal

Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan:
• Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ)
• Halloperidol disingkat Haldol
• Serenase



B. Anti Parkinson
Mekanisme kerja: meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik.
Efek samping: sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.
Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).

C. Anti Depresan
Hipotesis: syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic neurotransmitter (seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistem limbik.

Mekanisme kerja obat:
• Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter
• Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter 
• Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP.
Efek farmakologi:
Mengurangi gejala depresi
Penenang 
Indikasi: syndroma depresi
Jenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline (nama dagang).
Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik.

D. Obat Anti Mania/Lithium Carbonate
Mekanisme kerja: menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor dopamin.
Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.

Efek farmakologi:
Mengurangi agresivitas
Tidak menimbulkan efek sedatif
Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea 
Indikasi: 
Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik.
Efek samping: efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare.
Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan oedema.

E. Anti Ansietas (Anti Cemas) 
Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain: diazepam (chlordiazepoxide).

F. Obat Anti Insomnia: phenobarbital

G.Obat Anti Obsesif Kompulsif: clomipramine

H. Obat Anti Panik: imipramine

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT
Pengumpulan data sebelum pengobatan, meliputi:

  • Diagnosa medis
  • Riwayat penyakit
  • Riwayat pengobatan
  • Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan)
  • Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian
  • Program terapi lain
  • Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas
  • Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan penanganan efek samping obat
  • Monitor efek samping penggunaan obat 

Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka
1. Persiapan
– Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status)
– Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping dan cara pemberian
– Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
– Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat 
3. Laksanakan program pemberian obat 
• Gunakan pendekatan tertentu 
• Bantu klien minum obat, jangan ditinggal 
• Pastikan bahwa obat telah diminum 
• Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal
4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik
6. Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka

EVALUASI
Reaksi obat efektif jika:
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi

Demikianlah pembahasan tentang psikofarmakologi, dan mudah-mudahan dapat menjadi sedikit informasi bagi kita untuk membuat perawatan kita ke pasien jiwa lebih baik lagi.

Semoga anda lulus NCLEX       ^_^

Read More......

Suntikan via Intra Selang


Nyuntik lewat selang (atau karetnya?????), merupakan hal yang sangat rutin dikerjaan oleh perawat. Tindakan keperawatan paling banyak, nomer satu, dari semua tindakan keperawatan. Sebuah konsep yang aneh, karena sesungguhnya, konsep ini TIDAK PERNAH ATAU JARANG diajarkan dan diujikan di sekolah-sekolah perawat. Para perawat hanya diberikan konsep Intravena, Intra Muscular, Intra Cutan Sub Cutan tapi tidak pernah mengenal dengan lebih dalam mengenai intra selang. Nah lho……Bagaimana seharusnya?????

Bagaimanakah Cara Menyuntik Intra Selang atau Lewat Selang. 

Sebetulnya kata intra selang itu sendiri merupakan istilah baru yang tercipta di kalangan para perawat untuk mendefinisikan suatu tindakan penyuntikan melalui karet selang infus, yang merupakan bagian dari teknik penyuntikan Intravena. Hal ini dimaksudkan sebagai pengganti penyuntikan intravena berulang (pada pasien rawat inap), yang berarti mencegah/mengurangi rasa sakit dari penyuntikan berulang. Pada dasarnya, prosedur yang digunakan sama dengan prosedur penyuntikan yang lain. Hanya karena penyuntikannya melalui karet selang infus, maka akan lebih banyak dibahas mengenai keunikan dari tindakan ini.

Banyak sekali akibat buruk yang ditimbulkan akibat teknik penyuntikan yang tidak benar. Terutama phlebitis. Dan anda tahu rasanya phlebitis. Saya rasa para perawat akan langsung insyaf dan menyadari kesalahannya untuk tidak melakukan tindakan keperawatan secara sembarangan kalau sudah merasakan sakitnya phlebitis he….3x. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan dan harus kita lakukan pada waktu kita menyuntik lewat karet selang infus.

a. Selalu Cek kelancaran tetesan infus sebelum menyuntik pasien
Hal yang pertama kali, yang sangat wajib kita lakukan pada waktu akan menyuntik pasien (selain 5 benar tentunya) adalah cek ulang tetesan infus. Kenyataan di lapangan, banyak sekali perawat yang lupa memeriksa kelancaran aliran infus sebelum melakukan tindakan. Karena ingin cepat langsung saja melakukan penyuntikan. Hal ini sangat bebahaya, karena apabila kita memaksakan penyuntikan dengan aliran tersumbat dapat menimbulkan akibat yang serius, yaitu salah satunya adalah apabila aliran infus tersumbat dikarenakan oleh bekuan darah, bekuan darah tersebut dapat lepas ke pembuluh darah menjadi emboli dan menyumbat di pembuluh darah kapiler. 

b. Pergunakan teknik yang tepat dalam menyuntik
             Dengan menghentikan aliran infus vs tidak menjalankan aliran infus
  • Pada dasarnya, ada dua cara menyuntik intra selang. Yang pertama dengan cara mengehentikan aliran infus. Cara ini merupakan cara umum yang dilakukan oleh banyak perawat. Teknisnya, ketika seorang perawat akan menyuntikan obat ke pasien lewat intra selang, perawat menghentikan aliran infus dengan cara mematikan aliran infus atau melipat selang infus. Berbagai buku perawat mengajarkan tentang cara ini. 
  • Kalau kita tinjau lebih lanjut, ada beberapa kelebihan dan kekurangan dengan teknik ini. Banyak perawat berargumen bahwa alasan mereka menghentikan aliran infus, atau melipat selang adalah agar obat-obatan langsung masuk, tidak naik ke atas. Hal ini sangat penting untuk memastikan obat masuk dengan cepat. Apalagi dalam situasi emergensi, di mana obat-obatan seperti adrenalin harus langsung masuk. Akan tetapi, teknik yang pertama ini mempunyai beberapa kelemahan atau kekurangan. Yang paling utama adalah rasa sakit.
  • Nyeri/sakit merupakan salah satu diagnosa keperawatan aktual yang paling sering ditemukan. Penyuntikan dengan menghentikan aliran infus mempunyai efek samping rasa sakit. Karena, obat-obatan yang disuntikan langsung masuk ke aliran darah. Hal ini tidak dianjurkan apabila kita menyuntikan obat-obatan yang agak keras. Seperti antibiotik dan antiemetik. Lebih lanjut lagi, apabila hal ini dilakukan terus menerus, akan mempercepat terjadinya phlebitis/peradangan, karena dinding pembuluh darah vena dapat teriritasi oleh obat.
  • Cara yang kedua adalah dengan tidak menghentikan aliran infus. Penyuntikan dilakukan dengan infus yang terus berjalan. Teknisnya adalah, waktu penyuntikan aliran infus agak dipercepat, sampai dengan 40 gtt/menit. Keuntungan yang utama adalah karena obat dimasukkan bersamaan dengan cairan infus, viskositas obat menjadi turun, dan pasien tidak begitu merasa nyeri. Walaupun, banyak perawat beralasan bahwa menyuntik dengan menghentikan aliran infus tidak jauh berbeda, karena viskositas obat telah jauh berkurang dengan pengenceran, menyuntik obat dengan tidak menghentikan aliran infus mengurangi tekanan, dan hal itu mengurangi iritasi obat terhadap dinding vena.
  • Salah satu kelemahannya, apabila terlalu cepat menyuntikkannya, maka cairan akan naik ke atas. Dan tindakan ini, tidak boleh dilakukan untuk pemberian obat secara cepat, seperti pemberian adrenalin pada saat emergensi.
  • Berbeda dengan teknik pertama, belum banyak (Mungkin sudah ada) penelitian yang dilakukan mengenai efisiensi tindakan penyuntikan obat melalui selang yang aliran infusnya tidak dihentikan. Belum ada evidence base yang jelas mengenai konsep yang kedua ini. Karena, apabila ditinjau dari segi keilmuan, masih banyak yang harus diteliti, seperti apakah tindakan menyuntik dengan cara ini (bersamaan dengan aliran infuse) tidak mengurangi efek obat?berpengaruh terhadap waktu paruh obat? cairan apakah yang diperbolehkan? dsb.
  • Akan tetapi, berdasarkan pengalaman, apabila yang disuntikkan “hanya” obat yang umum, seperti antibiotik “standar” (cefotaxim mungkin…….??.) dengan cairan yang umum dipakai (RL, NACL) tindakan menyuntik obat dengan tidak menghentikan aliran infus dapat menjadi pilihan yang lebih baik, karena lebih “tidak” mengakibatkan nyeri kepada pasien, dan itu berarti mengurangi resiko terjadinya phlebitis.
c. Perhatikan durasi penyuntikan
Salah satu hal yang paling sedikit referensinya dalam intra selang adalah durasi penyuntikan. Tidak ada panduan yang jelas mengenai berapa lama durasi penyuntikan intra selang (kecuali dalam keadaan emergensi tentunya, pastilah harus cepat). Banyak referensi yang hanya menyampaikan kata “pelan-pelan”
Seorang perawat senior pernah menganjurkan bahwa, mengenai lama waktu penyuntikan, samakan saja dengan kebiasaan aliran infus. Maksudnya apa? Mungkin seperti ini. Penyuntikan intra selang pada dasarnya dilakukan sebagai pengganti IV jangka panjang, yang mana beresiko lebih nyeri, maupun penyuntikan berulang. Infus yang dipasang biasanya berkecepatan 20 gtt/mnt atau 1 cc/menit (untuk yg dewasa/macrodrip). Oleh karena itu, suntikkan saja dengan kecepatan 20 gtt/mnt atau 1 cc/mnt. Kalau kita akan menyuntik 5 cc, ya 5 menit. Tapi, teori ini pun belum “evidence base”.
Teori lain mengatakan dengan melihat respon pasien. Tetap kita suntikkan perlahan, dengan bertanya dan meminta pandangan pasien, apabila terlalu cepat dan terasa nyeri, tolong disampaikan supaya kecepatan penyuntikan diturunkan. Dan kembali, hal inipun belum jelas.

Terlepas dari berbagai kekurangan, baik referensi maupun penelitian mengenai penyuntikan intra selang, semua tindakan keperawatan seyogyanya tetap berdasarkan kepada asas caring kepada pasien. Ketika dihadapkan kepada pilihan yang beresiko, pilihlah yang resikonya paling sedikit. 

Selamat menyuntik. ^_^

Read More......
 

Sponsor Blog :

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent