Tentang Situs Ini

Situs ini berisi pelajaran sederhana mengenai konsep keperawatan. Disarikan dari perpaduan teori dan praktek berdasarkan pengalaman penulis sendiri dan sesama rekan perawat sewaktu bekerja di Rumah Sakit dan bekerja sebagai Staff Pengajar di sebuah Sekolah Keperawatan. Tag line yang utama adalah PERAWAT TIDAK HANYA BERTEORI.....Mari bangga dan bersama memajukan perawat Indonesia.

Whats Up ^_^

Silahkan kunjungi secara berkala. Karena tiap hari akan ada update an.

Mengkaji Nyeri Pasien dengan Menggunakan VAS & MPQ




Ada dua cara dalam mengkaji nyeri yang paling umum digunakan oleh perawat.yaitu dengan menggunakan VAS (Visula Analogue Scale) dan McGILL PAIN QUESTIONNAIRE (MPQ) 

a. VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) 
Metoda pengukuran: 
  1. Buat garis lurus sepanjang 10 cm dan berikan tanda 0 pada ujung kiri garis dan 10 pada ujung kanan garis. Berikan penjelasan pada titik nol menunjukkan tidak ada rasa nyeri sama sekali dan sebaliknya pada titik 10. 
  2. Instruksikan pada pasien untuk membuat tanda [ | ] yang memotong rentang garis dengan skala 0 – 10 cm di atas. 
  3. Ukurlah dari titik 0 ke arah tanda garis tersebut. 
  4. Penilaian: 
a. VAS <> 7 : Nyeri berat 

Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode pertanyaan, apabila 0= tidak nyeri, 5 sangat nyeri, berapakah rentang nyeri yang anda rasakan? Begitu pertanyaan perawat kepada pasien. Adapun perbedaannya serta kelebihannya :
  • Rentang VAS dari 0-10 memungkinkan pengkajian yang lebih tergambar dari pada rentang 0-5
  • Perbuatan pasien member tanda pada kertas untuk menunjukkan tingkat nyerinya, lebih akurat daripada bertanya langsung kepada pasien.

b. McGILL PAIN QUESTIONNAIRE (MPQ) 
Nyeri,dalam keperawatan dikenal ada dua macam. Nyeri akut dan nyeri kronis. Apa itu nyeri akut dan kronis, tentu saja kita analisis salah satunya dari karakteristik yang kita temukan.
Kita tidak akan membahas banyak mengenai hal itu sekarang. Silahkan googling di internet untuk mendapatkan instrument pengkajian resmi ini. Penjelasan singkatnya, dengan teknik Mc Gill, kita dapat melihat nyeri dari berbagai aspek, dari bentuk nyeri, apa yang dirasakan, nilai dsb. 

Selamat mencoba

Read More......

Klasifikasi Gagal Jantung NYHA vs Intoleransi Aktivitas

Dalam memutuskan penatalaksanaan kepada pasien gagal jantung, dokter menggunakan sebuah konsep klasifikasi dari NYHA (New York Heart Association)/Perkumpulan Jantung New York. Klasifikasi ini berdasarkan tanda dan gejala pada pasien dalam kehidupannya sehari-hari.

Class

Gejala pada Pasien

Class I (ringan)

Tidak ada batasan dalam aktivitas fisik, Aktifitas yang biasa, tidak menimbulkan kelelahan, dada berdebar-debar serta dyspneu (nafas pendek)

Class II (ringan)

Batasan ringan dalam aktivitas fisik. Aktivitas yang biasa menimbulkan kelelahan, dada berdebar-debar serta dyspneu (nafas pendek)

Class III (sedang)

Batasan sedang dalam aktivitas fisik. Nyaman kalau beristirahat. Beraktivitas sedikit saja sudah menimbulkan kelelahan, dada berdebar-debar serta dyspneu (nafas pendek)

Class IV (berat)

Sudah tidak dapat beraktifitas dengan normal lagi tanpa ketidaknyamanan. Tanda-tanda gangguan pada system kardiovaskular muncul dengan kuat. Apabila pasien beraktifitas, ketidaknyaman akan langsung muncul

 Sebetulnya, kalau kita telaah lebih lanjut dari sudut pandang keperawatan, konsep NYHA di atas, berhubungan langsung dengan diagnosa Intoleransi Aktivitas. Yang unik dalam pengklasifikasian ini adalah, dokter melihatnya dalam sudut pandang pasien, melihat respon pasien. Yang mana, konsep seperti itu sebetulnya adalah cara perawat dalam mengkaji dan diagnosa keperawatan.

Akan tetapi, kalau kita bandingkan, pada diagnosa “Intoleransi Aktivitas”, kita lihat belum ada tingkatan-tingkatan yang membedakan antara “pre” Intoleransi aktivitas dan mana yang “sudah” intoleransi aktivitas. Karena, berkaitan dengan konsep “batasan karakteristik” yang ada dalam diagnosa NANDA, apabila dibandigkan dengan NYHA, timbul pertanyaan, manakah diantara class di atas yang sudah “Intoleransi aktivitas” dan belum “Intoleransi Aktivitas”.

^_^


Read More......

Situs Asuhan Keperawatan di Internet : SEBUAH KESALAHAN BESAR !!! (bag 3. akhir)


1. Paradigma keperawatan jadi kabur dengan kedokteran. Mungkin hal itu salah satu faktor yang mendasari perawat akan terus menjadi asisten dokter. Karena pola pikir yang ditanamkan adalah pola pikir kedokteran yang membedakan pasien dengan diagnosa medis tanpa melihat respon pasien. Yaitu menyamakan antara pasien satu dengan pasien yang lain asal penyakitnya sama walaupun tahu, responnya berbeda.

2. Perawat jadi acuh tak acuh kepada pasien. Dengan memutuskan diagnosa terlebih dahulu, perawat jadi tidak mengetahui bagaimana sesungguhnya respon pasien. Terutama berkaitan dengan diagnosa non biologis. Perawat menganggap remeh keluhan pasien ketika dia mengatakan tidak bisa tidur. Ketika bertemu dengan pasien yang mengatakan bosan, disuntik terus, perawat tidak peduli. Dan itulah cermin pembelajaran. Akibat terlalu terpusat kepada medis, perawat merasa di luar tindakan medis, hal itu bukan tugas perawat. Anda lihat di rumah sakit-rumah sakit, banyak perawat yang duduk-duduk (merasa) tanpa kerjaan, menunggu jam “nyuntik” pasien. 

3. Perawat jadi tidak tahu akan diagnosa profesi perawat itu sendiri. Ketika ditanya TB, perawat hafal. Ketika ditanya DHF, perawat dapat menjelaskan dengan lancar. Tapi apakah anda pernah mendengar tentang diagnosa ketidakberdayaan, takut, mengembara, tidak bisa memakai baju sendiri, resiko keracunan, siap untuk tidur lebih baik dsb. 
Hal itu dikarenakan semenjak kuliah, perawat tidak pernah diperkenalkan akan diagnosa profesinya. Selalu diagnosa medis. Jumlah mata kuliah yang membahas diagnosa keperawatan tidak memadai. Contohnya, dalam setiap laporan keperawatan, selalu nyeri (bahkan tidak tahu nyeri apa??) selalu jadi yang nomer satu dalam laporan. Diikuti oleh imobilisasi, ketidak seimbangan nutrisi dsb. Diagnosa selanjutnya yang non fisiologis hanya ada dua. Kurang pengetahuan dan cemas. 

Sungguh enak sekali para pembuat asuhan keperawatan langsung menentukan masalah pasien tanpa memberikan sebuah contoh yang nyata dan variatif.

4. Yang paling berbahaya adalah yang banyak mendownload materi dari internet tentang asuhan keperawatan adalah mahasiswa. Apabila sejak mahasiswa mereka telah diberikan konsep yang salah tentang membuat rencana asuhan keperawatan, tidak dibiasakan menilai respon pasien, berfikir kritis dsb. hal itu akan berdampak kepada dunia keperawatan selanjutnya.

Lalu bagaimana solusinya ???
1. Ketika kita (perawat) akan mempublish asuhan keperawatan dengan kasus penyakit tertentu tolong sertakan contoh kasusnya, berikan analisanya sampai dengan keluar diagnosanya. Pada intinya, gambarkan di dalam kasus tersebut respon pasien yang muncul. Baik secara biopsikososio maupun spiritual, sehingga kita bisa ikut belajar. Kita tidak perlu terpaku dengan jenis penyakit. Yang jelas yang harus lebih ditonjolkkan adalah keadaan dan respon pasiennya. Karena pada prinsipnya, apapun penyakitnya asal prinsip responnya sama, maka diagnosa yang keluar akan sama.

2. Apabila kita ingin mengetahui tentang teori perkembangan penyakit, kita dapat membacanya di buku-buku teks (textbook) seperti patofisiologi, patologi dsb. Akan tetapi, fokus kajian tetap respon pasien, bukan jenis penyakitnya. Dari patofisiologi penyakit pasien tersebut dapat kita analisa respon tubuh pasien tersebut terhadap penyakit.

3. Berikan contoh kasus yang variatif, dan memperkenalkan semua diagnosa keperawatan. Di semua cabang keperawatan, dari medikal bedah sampai dengan komunitas. Seperti contoh : seorang pasien merasa takut dia tidak akan sembuh dan itu mengganggu pikirannya, kira-kira diagnosanya apa??? Jawab: diagnosanya Fear (atau rasa takut). Jangan hanya nyerii…….saja yang di bahas.

4. Belajar menggunakan NANDA dengan benar. Setelah anda mampu melakukannya, Selanjutnya mengenai perencanaan terserah anda. Kita memaklumi bahwa belum ada model yang benar-benar “sahih” yang dapat dipakai dalam tataran aplikatif di rumah sakit. Kebijakan rumah sakit yang satu dengan lainnya cenderung berbeda-beda. Apakah anda memilih NIC NOC, atau memilih yang lain, terserah anda. Yang jelas sebagai landasan awal, diagnosanya dulu harus benar.

5. Yang paling penting, bagi yang suka memposting asuhan keperawatan dengan basis penyakit, bahkan sampai beratus-ratus, tolong ajarkan juga kepada mahasiswa khususnya yang sering mendownload mengenai prinsipnya. Basis penyakit sebetulnya bukan cara untuk menegakkan diagnosa dari sudut pandang keperawatan. Tetapi sebagai dasar untuk analisa diagnosa, karena diagnosa yang sama untuk penyakit yang sama belum tentu muncul berbarengan. Tetap evidence base nya tergantung bagaimana respon tubuh pasien. Dan hal itu pada umumya hanya berlaku pada respon tubuh/diagnosa fisiologis. Khusus pada pasien yang sadar, untuk respon pasien/diagnosa yang termasuk dalam ranah psikososio dan spiritual, tolong postingkan juga kasusnya dengan analisa diagnosanya. 

6. Kadang mahasiswa mendownload asuhan keperawatan untuk memenuhi tugas laporan. Mungkin, untuk laporan pendahuluan, teori dasar penyakit dapat langsung digunakan. (Walaupun, sebetulnya tinggal cari saja di textbook) akan tetapi, tolong diingat sekali lagi bahwa, diagnosa yang ada belum tentu muncul di pasien. Sebagai contoh sekali lagi, pada kasus kanker, mau kankernya dimanapun, di payudara, di mandibula, di kolon, titik tolak pengambilan diagnosa tetap pada respon pasien. Kanker yang metastasenya masih sedikit akan berbeda dengan yang sudah stadium akhir. Jadi base nya bukan penyakit saja/medis.

Thx.
Semoga bermanfaat

Read More......

Situs Asuhan Keperawatan di Internet : SEBUAH KESALAHAN BESAR !!! (bag 2)

Jadi, yang ingin ditegaskan disini adalah apapun penyakitnya, apabila pasien mempunyai respon tubuh yang sama, maka diagnosanya akan sama. Seperti contoh pada kasus gagal jantung pasien dapat ditemukan mengalami sesak, gagal ginjal-sesak, TBC-sesak, Asma-sesak, AIDS-sesak, SLE-sesak, Cedera Kepala-sesak, Pneumonia-sesak, Stroke-sesak, COPD-sesak, Kehamilan-sesak, marah-sesak dsb. Banyak penyakit yang menimbulkan akibat yang sama yaitu sesak.

Dan sebaliknya, belum tentu dalam satu penyakit diagnose bisa sama. Khusus untuk pasien sadar, kita dapat menemukan diagnosa psikologis, sosiologis dan spiritual selain biologi/fisiologis tentunya. Contohnya, tidak semua pasien demam berdarah merasa lelah. Tidak semua pasien gagal jantung merasa sesak, tidak semua pasien fraktur merasa nyeri (maksudnya mungkin merasa nyeri, tetapi ada situasi dimana rasa nyeri telah teratasi sehingga tidak diangkat menjadi diagnosa). 

Itu baru yang respon biologi/fisiologis, apalagi jika kita ingin mencari repon pasien/diagnosa yang termasuk psikososio dan spiritual. Hal itu sangat kondisional sekali. Untuk tahu pasien cemas, takut, khawatir, bingung, bosan dsb, kita harus langsung bertanya ke pasien. Belum lagi masalah yang dihadapi pada waktu pengkajian mengenai kekaburan data, pasien yang tidak kooperatif, hambatan komunikasi dsb. Terutama pada saat mengkaji spiritual pasien, itu merupakan ranah yang sangat sensitif.

Kembali ke pokok persoalan

Di banyak postingan tentang asuhan keperawatan, siapapun yang memposting, di situs apapun, pada umumnya, dimulai dengan judul asuhan keperawatan pada pasien……(Dx Medis) dan seterusnya. Isi dari postingan tersebut dimulai dengan penjelasan landasan teori penyakitnya yang kemudian dilanjutkan dengan diagnosa yang muncul. Sekilas, tidak masalah. Akan tetapi justru hal itu sangat berbahaya, Kenapa?? Mari kita bahas satu-satu.

1. Pada bagian teorinya sebetulnya tidak masalah, yang menjadi masalah terbesar adalah, kita sudah terlebih dahulu membuat diagnosa, menjudge pasien mempunyai masalah, padahal belum tentu. Di dalam ratusan postingan tentang asuhan keperawatan di internet, tidak pernah (atau jarang sekali) menyertakan laporan/gambaran kasus pasien. Sehingga kita tidak bisa menilai (atau membayangkan) bagaimana kondisi pasien sesungguhnya. contoh: Pada kenyataannya kondisi pasien DHF hari pertama, ketiga dan kelima sungguh berbeda. Kondisi pasien yang sama penyakitnya, beda agama, beda suku, beda pengetahuan mungkin responnya berbeda. Kita sebagai perawat di ajarkan untuk menilai respon pasien. Diagnosa keperawatan adalah respon abnormal pasien terhadap penyakitnya. Oleh karena itu agak kurang bijak (kalau tidak mau disebut salah besar) apabila kita menentukan respon pasien (bahasa lainnya diagnosa) tanpa mengkaji pasiennya (atau minimal membayangkan dengan membaca deskripsi kasusnya), 

2. Berbeda dengan diagnosa biologis yang dapat diprediksi sesuai dengan karakteristik penyakitnya, diagnosa dalam ranah psikososio dan spiritual merupakan diagnosa yang sangat individual. Sangat pribadi. Terutama spiritual. Sehingga kita tidak dapat menegakkan diagnosa tanpa melakukan pengkajian langsung pada pasien. Perlu kita ingat, dalam batasan karakteristik sebuah diagnosa, respon juga kita kaji bukan hanya verbal, tapi juga non verbal. Pasien dapat mengatakan bosan, tapi apakah non verbalnya “mengatakan” bosan?? 

3. Khusus untuk pengkajian spiritual, hal ini merupakan hal yang sangat sensitif. Sangat sulit mengkaji kebutuhan spiritual pasien, tanpa membina trust yang begitu dalam. Tidak semua orang dapat menerima ketika di tanya apakah anda sudah shalat atau belum?, kenapa anda tidak shalat. Sejauh mana pengetahuan anda tentang wudhu? Dan itu sama sekali tidak pernah dibahas dalam contoh asuhan keperawatan.

Bersambung ke bag. 3 (akhir)

Read More......
 

Sponsor Blog :

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent